Populasi Elang Jawa di Jawa Tengah bagian selatan
yang hidup di alam liar terus merosot, akibat perburuan liar. Saat ini
populasinya diperkirakan tinggal seratusan ekor.
“Hasil penelitian kita lima ekor elang Jawa
terakhir ini berhasil diburu dan masuk ke pasar burung," kata Prastowo
Harso Utomo, Koordinator Komunitas Pelestari Burung Dilindungi.
Meski perburuan Elang Jawa masih ada, akan tetapi
tak sesemarak pada 2006 lalu. Bahkan pada 2007, Elang Jawa menjadi
satwa yang paling sering diburu. Para pemburu biasa mengambil anak Elang
untuk dibesarkan hingga remaja baru kemudian dijual.
Harso menambahkan, Elang Jawa banyak diburu
kolektor satwa karena fisiknya yang mirip burung Garuda, simbol negara.
Selain bulunya yang khas, satwa ini juga mempunyai jambul yang sangat
unik. “Di pasar, harganya mencapai Rp 150 ribu,” terangnya.
Menurut dia, populasi Elang Jawa yang masih
tersisa kerap muncul di lereng Gunung Slamet bagian selatan. "Di daerah
itu, ada empat titik yang bisa ditemukan adanya sarang Elang Jawa,”
tambahnya.
Masing-masing titik tersebut, Elang Jawa bisa
bertelur satu butir dalam setahun. Diakui satwa dilindungi ini memang
terkenal sangat lambat perkembangan populasinya. Berkurangnya habitat
satwa ini juga dituding menjadi penyebab menurunnya jumlah mereka.
Harso menambahkan, di lereng Slamet, terdapat
sekitar 200 species burung. Dari jumlah tersebut, 149 diantaranya
merupakan burung endemik Gunung Slamet. “Hasil penelitian kami tiap
tahunnya ada 5.000 burung kicau yang diburu dati Gunung Slamet,”
terangnya.
Jadi untuk anda khususnya pecinta burung alangkah baiknya jikalau ikut melestarikan satwa kita yang hampir punah. Salah satu contoh adalah burung elang, dulu waktu saya masih kecil masih terlihat elang melayang-layang di udara, namun sekarang jarang menemukan fenomena seperti itu.