Saat berbelanja online, konsumen hanya bisa melihat barang lewat layar komputer atau smartphone miliknya tanpa bisa menyentuh atau mencoba produk terlebih dahulu. Itulah yang menjadi salah satu hambatan berbelanja online menurut survei Google Indonesia.
Country Head
Google Indonesia Rudy Ramawy di Jakarta, mengemukakan
hasil survei mengenai perilaku belanja online di Indonesia dari 1300
responden yang terbagi menjadi orang yang pernah berbelanja dalam
sebulan terakhir (recent), orang yang pernah berbelanja online
setidaknya enam bulan terakhir (non recent), tidak pernah berbelanja
online, dan pernah menjual online.
Dari pembeli yang tidak pernah
belanja online serta pembeli non recent, dua dari lima orang mengaku
ingin menyentuh dan mencoba produk sebelum membeli.
Kekhawatiran atas kualitas produk dan keamanan data keuangan juga menjadi pertimbangan utama dalam belanja online.
Dua
dari lima orang khawatir dengan data keuangan mereka bila belanja
online, dan dua dari lima orang juga tidak yakin dengan kualitas produk
yang akan diterima.
Selain itu, mereka lebih memilih belanja
langsung di toko atau pasar karena sudah menjadi bagian dari keseharian
juga kehidupan sosial.
Akses kartu kredit yang belum menjangkau
semua lapisan masyarakat Indonesia juga menjadi hambatan belanja online.
Satu dari tiga pembelanja non online serta satu dari tujuh pembelanja
online non-recent mengaku tidak punya kartu kredit.
Rudy
mengatakan, ini bisa menjadi kesempatan bagi pelaku bisnis untuk
memberikan pengalaman belanja yang menarik sesuai keinginan konsumen. "Pelaku bisnis dapat membuat inovasi yang menjadi faktor pembeda," ungkapnya.
Mengenai
kekhawatiran soal cara pembayaran kartu kredit, dia mengatakan agar
pelaku bisnis lebih gencar lagi berpromosi tentang pilihan cara
pembayaran karena para pelaku belanja online sudah banyak menerapkan
ragam cara, seperti transfer lewat ATM atau bayar di tempat (cash on
delivery).
Google Indonesia menggelar survei perilaku belanja
online dengan melibatkan 1300 responden yang memiliki akses internet.
Responden berjenis kelamin pria dan wanita dalam rentang usia 18--50
tahun berasal dari 12 kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung,
Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bali, Medan, Padang, Manado, Makassar,
Pontianak, dan Banjarmasin.
Survei ini juga mengemukakan data
bahwa kenyamanan masih menjadi alasan utama orang belanja online.
"Menghemat waktu" disebut empat kali lebih sering daripada "harga"
sebagai faktor penting berbelanja online.
Selain itu, iklan
online memberi dampak langsung pada konsumen. 79 persen melakukan
tindakan langsung setelah melihat iklan online dan 85 persen menggunakan
informasi dari iklan saat melakukan riset produk.
Mereka
biasanya melakukan riset lewat mesin pencari (41 persen) dan jejaring
sosial (37 persen). Sisanya meliputi situs retailer atau toko (20
persen) lalu situs berita/majalah, blog/forum/message board,
email/newsletter, serta situs perbandingan produk dengan persentase
masing-masing 14 persen.
Sementara itu, para penjual online
disebut lebih tertarik untuk berdagang online karena potensi pembelanja
online besar dibandingkan kesempatan menjual dengan harga tinggi. Empat
dari lima penjual mengaku berdagang online karena ada banyak pembelanja
online, hanya satu dari lima penjual yang memilih online untuk mendapat
harga jual tertinggi.
Chief Executive Officer Blibli.com Kusumo
Martanto menjelaskan laba akan lebih banyak diraih bila pembeli banyak
meskipun harga yang ditetapkan bukan harga tertinggi.
Dia
memberikan perumpamaan dengan berjualan cemilan murah di depan sekolah
dasar yang ramai pembeli dibanding menjual makanan mahal di gang yang
tidak ada orang berlalu lalang.
"Jualan akan lebih laku kalau pembeli banyak, lebih baik harganya kompetitif dan sesuai value barang," ujarnya.